Hormon pada tumbuhan ( Fitohormon )


PENDAHULUAN

Makhluk hidup selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) karena adanya penambahan substansi termasuk di dalamnya ada perubahan bentuk yang menyertai penambahan volume tersebut. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif yaitu makhluk hidup dikatakan dewasa apabila alat perkembangbiakannya telah berfungsi. Seperti pada tumbuhan apabila telah berbunga maka tumbuhan itu sudah dikatakan dewasa.
Tumbuhan juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan seperti memanjangnya batang, akar dan sebagainya. Pemekaran bunga, pemasakan buah adalah slaah satu perkembngan yang dialami oleh tumbuhan. Pemekaran bunga dan pemasakan buah kalau kita teliti lebih lanjut sangatlah bervariasi sesuai dengan lingkungan dan jenis pohon itu sendiri. Kalau kita amati, pada saat musim-musim tertentu pertumbuhan bunga sangat pesat dan begitu juga dengan pematangan buahnya. Sebenarnya apa yang mengatur semua pemekaran bunga, pemanjangan atau pertumbuhan tunas-tunas baru pada tumbuhan tersebut.
Oleh sebab itu kita harus tahu hal-hal yang menyebabkan semua kejadian yang terjadi pada tumbuhan tersebut. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang dapat memacu pertumbuhan, tetapi ada pula yang dapat menghambat pertumbuhan.




Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan
Penggunaan istilah “hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan.
Namun demikian, berbeda dari hewan, hormon tumbuhan dapat bersifat endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan, maupun eksogen, diberikan dari luar sistem individu. Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan ini dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah menjadi prekursor (“pemicu”) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri dirangsang pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawa-senyawa


reseptor sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu.
Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan, melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tumbuhan, terutama titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya, hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum, ditranslokasi ke bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun ruang-ruang antarsel.
Dalam menjalankan perannya, hormon dapat berperan secara tunggal maupun dalam koordinasi dengan kelompok hormon lainnya. Contoh koordinasi antar hormon ditunjukkan oleh proses perkecambahan. Embrio biji tidak tumbuh karena salah satunya dihambat oleh produksi ABA dalam jaringan embrio biji. Pada saat biji berada pada kondisi yang sesuai bagi proses perkecambahan, giberelin dihasilkan. Apabila nisbah giberelin:ABA tidak mencapai titik tertentu, perkecambahan gagal. Apabila nisbah ini melebihi nilai tertentu, terjadi perkecambahan. Apabila nisbah giberelin:ABA masih berada di sekitar ambang, konsentrasi sitokinin menjadi penentu perkecambahan.
Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan perilaku fisiologi yang sama, bukan kemiripan struktur kimia. Pada saat ini dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (auxins), sitokinin (cytokinins),

giberelin (gibberellins, GAs), asam absisat (abscisic acid, ABA), dan etilena (etena, ETH).
Selain itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai hormon tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau merupakan hormon sintetik, seperti Oligosakarin san brasinosteroid,. Beberapa senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetik yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami.
Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil, memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman).
Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon, yaitu : Auxsins, Sitokinin, Giberelin atau Asam Giberela (GA), Etilena, Asam Absisat (ABA), Asam Jasmonat, Steroid (Brasinosteroid), Salisilat, Poliamina.
1. Hormon Auxins
Istilah auksin ( auxin ) sebetulnya digunakan untuk menjelaskan segala jenis bahan kimia yang membantu proses pemanjangan koleoptil, meskipun auksin sesungguhnya memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun dikotil. Auksi alamiah yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan suatu senyawa yang dinamai asam indolasetat ( Indolecetid acid, IAA ).
Selain auksin alamiah ini beberapa senyawa lain, termasuk beberapa senyawa sintetik, memiliki aktivitas auksin. Namun diseluruh bab ini nama auksin digunakan khusus untuk IAA. Meskipun auksin mempengaruhi beberapa aspek perkembangan tumbuhan, salah satu fungsinya yang peling penting adalah merangsang perkembangan sel pada tunas muda yang sedang berkembang, dapat memepengaruhi perpanjangan sel, pembelahan sel, dan pembentukan akar.

Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan. Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari.
 Akibatnya, tumbuhan akan membengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apikal batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral. Bila tunas apikal batang dipotong maka tunas lateral akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi apikal. Inilah yang menjadi penyebab kecambah yang berada di tempat gelap lebih cepat pertumbuhan tingginya, dibandingkan dengan kecambah yang berada di tempat terang sifat auksin yang menjauhi matahari, maristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin.
Karena auksin dari apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan sel, hormon akan merangsang pertumbuhan sel-sel tersebut, yaitu sekitar 10-8 sampai 10-3M. pada konsentrasi yang lebih tinggi, auksin bisa menghambat pemanjangan sel. Hal ini barangkali disebabkan oleh tingginya level auksin yang menginduksi sintesis hormon lain, yaitu etilen, yang umumnya bekerja sebagai inhibitor pertumbuhan tumbuhan akibat pemanjangan sel.
Kecepatan auksin menuruni batang dari apeks tunas sekitar 10 mm/jam, jauh lebih cepat untuk ukuran difusi, meskipun lebih lambat dari pada translokasi pada floem. Auksin kelihatannya diedarkan langsung melalui jaringan parenkim, dari satu sel ke sel berikutnya. Auksin berpindah hanya dari ujung tunas ke pangkalnya, bukan dengan arah sebaliknya. Transpor auksin searah ini disebut transport polar. Transpor polar tidak memiliki kaitan sama sekali dengan gravitasi, karena auksin bergerak kea rah atas pada percobaan dimana suatu segmen batang atau potongan koleoptil ditempatkan terbalik. Transport polar auksin memerlukan energy.


Mekanisme dari transport polar auksin merupakan satu contoh kerja seluler yang digerakkan oleh kemiosmosis, pemanfaatan gradient H+ yang dibangkitkan oleh pompa proton.
Menurut hipotesis pertumbuhan asam, pompa proton yang terletak didalam membran plasma memainkan peranan dalam respons pertumbuhan dari sel-sel terhadap auksin. Pada daerah pemanjangan suatu tunas, auksin merangsang pompa proton, yaitu suatu tindakan yang menurunkan pH pada dinding sel.
Pengasaman dinding ini mengakibatkan enzim-enzim yang memecahkan ikatan silang (ikatan hydrogen) yang terdapat antara mikrofibril-mikrofibril selulosa, sehingga melonggarkan serat-serat dinding sel. Karena dindingnya sekarang lebih plastis, sel bebas mengambil tambahan air melalui osmosis dan bertambah panjang. Namun agar bias tumbuh terus setelah perubahan awal ini, sel-sel harus membuat lebih banyak sitoplasma dan bahan dinding. Auksin juga merangsang respons pertumbuhan berkelanjutan ini efek lain auksin , selain merangsang pemanjangan sel untuk pertumbuhan primer, auksin mempengaruhi pertumbuhan sekunder dengan cara menginduksi pembelahan sel pada kambium dan dengan mempengaruhi diferensiasi xylem sekunder.
Auksin juga mningkatkan aktivitas pembentukan akar adventif pada pangkal potongan dari suatu batang, suatu efek auksin yang digunakan dalam budang hortikultura dengan cara mencelupkan potongan-potongan batang di dalam media perakaran yang mengandung auksin sintetik. Benih yang sedang berkembang juga mensintesis auksin, yang meningkatkan pertumbuhan buah pada banyak tumbuhan. Auksin sintetik disemprotkan ke pohon tomat untuk menginduksi perkembangan buah tanpa perlu melakukan penyerbuakan. Ini memungkinkan kita untuk menanam tomat tanpa biji dengan menggantikan auksin dalam keadaan normal akan disintesis oleh biji.


2. Hormon Sitokinin
Sitokinin ( cytokinin ) ditemukan pada waktu para saintis sedang melakukan upaya uji coba untuk menemukan aditif kimiawi yang bias meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sel tumbuhan di dalam kultur jaringan. Pada tahun 1940-an johanes van Overbeek yang bekerja pada Cold Spring Harbor Laboratory di new York, menemukan bahwa ia dapat merangsang pertumbuhan embrio tumbuhan dengan cara menambahkan santan, endosperma cairdari biji kelapa raksasa, ke media kulturnya. Satu decade sesudahnya, Folke skoog dan Carlos O. Miller, di university of Wisconsin, menginduksi pembelahan sel tembakau yang sedang ditumbuhkan dalam kultur dengancara menambahkan sempel DNA yang sudah membusuk.
Unsur penyusun aktif pada kedua adiktif itu ternyata adalah bentuk-bentuk adenine yang sudah termodifikasi, yaitu salah satu komponen asam-nukleat. Pengatur-pengatur pertumbuhan ini diberi nama sitokinin karena mereka merangsang sitokinesis atau pembelahan sel.
 Dari berbagai macam sitokinin yang terdapat secara alamiah pada tumbuhan yang paling umum adalah zeatin, yang dinamai demikian karena senyawa ini pertama kali ditemukan pada jagung ( Zea mays ) setelah mempelajari beberapa fungsi sitokinin, perhatikan bahwa hormon-hormon ini diperkuat atau diperlemah oleh hormon-hormon lain khususnya auksin.
Sitokinin dihasilkan di dalam jaringan-jaringan yang tumbuh secara aktif khususnya di dalam akar, embrio dan buah. Sitokin yang dihasilkan pada akar akan mencapai jaringan sasaranya dengan cara bergerak naik sepanjangtumbuhan itu dalam getah xylem. bersama-sama dengan auksin, sitokinin merangsang pembelahan sel dan mempengaruhi jalur diferensiasi.
Pengaruh sitokinin terhadap sel-sel yang tumbuh pada kulit jaringan member petunjuk bagaimana kelompok ini berfungsi didalam suatu tumbuhan yang utuh.ketika potongan parenkhima dari batang dibiakkan tanpa sitokinin, sel- sel itu akan tumbuh sangat besar tapi tidak membelah diri. Jika hanya sitokinin saja yang ditambahkan ke dalam kulit tidak aka nada pengaruh apapun.

Namun, jika sitokinin ditambahkan bersama-sama dengan auksinsel-sel akan membelah. Rasio sitokinin terhadap auksin mengontrol diferensiasi sel. Ketika konsentrasi kedua hormon itu hamper sama, masa aka terus bertambah, namun tetap sebagai kalus yang tidak terdiferensiasi. Jika sitokinin lebih banyak dari auksin, tunas batang akan berkembang dari kalus tersebut.
Jika auksin lebih pekat dibandingkan dengan sitokinin, akar akan terbentuk. Adalah hal yang sangat luar biasa bahwa ekspresi gen dapat dikontrol sedemikian ekstensif hanya dengan memanipul konsentrasi dua sinyal kimia tersebut.
Sitokinin dapat menghambat penuaan beberapa organ tumbuhan, kemungkinan dengan menghambat perombakan proteindengan merangsang sintesis RNA dan protein dan dengan memobilisasi zat-zat makanan dari jaringan disekitarnya. Jika daun yang dipotong dari suatu tumbuhan direndam dalam larutan sitokinin, daun tersebut akan tetap hijau lebih lama dibandingkan dengan yang tidak direndam. Kemungkinan sitokinin juga memperlambat penurunan kondisi daun pada tumbuhan utuh yang masih hidup. Karena pengaruh anti penuaan ini, para para penjual bunga menyemprotkan sitokinin untuk mempertahankan potongan bunga agar tetap segar.

3. Hormon Gibberellins atau Asam Giberelat (GA)
Beberapa abad yang lalu petani di asia mengamati beberapa benih yang tumbuh luar biasa tinggi di sawahnya. Sebelum bibit padi ini dewasa dan berbunga, padi tumbuh sedemikian tinggi dan kurus sehingga roboh. Di jepang, kelainan pola pertumbuhan ini dikenal sebagai bukanea, atau “ Penyakit Benih Bodoh “ pada tahun 1926, E. Kurosawa, seorang saintis jepang menemukan bahwa penyakit itu disebabkan oleh genus gibbereila. Pada akhir tahun 1930-an, saintis jepang telah meyakini bahwa fungsi menyebabkan pemanjangan padi secara berlebihan dengan cara mensekresi suatu bahan kimia, yang diberi nama giberelin. Saintis barat akhirnya mengetahui dan mempelajari giberelin setelah PD II.


Selama 30 tahun belakangan, saintis telah mengidentifikasi lebih dari 80 giberelin yang berbeda yang ditemukan secara alami dalam tumbuhan, meskipun jumlahnya jauh lebih sedikit dalam setiap spesies tumbuhan.
Benih padi yang jelek kelihatannya, menderita kelebihan dosis pengaturan pertumbuhan yang biasanya ditemukan dengan konsentrasi yang lebih rendah pada tumbuhan lain. Giberelin mempunyai berbagai pengaruh pada tumbuhan yaitu:
1. Pemanjangan batang
Akar dan daun muda merupakan tempat utama produksi giberelin. Giberelin merangsang pertumbuhan pada daun dan batang, akan tetapi sedikit pengaruhnya pada pertumbuhan akar. Pada batang, giberelin merangsang pemanjangan sel dan pembelahan sel. Pada batang yang sedang tumbuh, giberelin dan auksin harus bekerja bersama secara sinergis dengan mekanisme yang masih belum kita pahami
2. Pertumbuhan buah
Perkembangan buah adalah khasus lain dimana kita dapat mengamati control auksin dan giberelin. Pada beberapa tumbuhan, kedua hormon itu harus ada supaya dapat berbuah. Aplikasi komersial giberelin yang paling adalah penyemprotan buah anggurThompson yang tidak berbiji. Hormon tersebut menyebabkan buah anggur tumbuh lebih besar dan terpisah jauh satu sama lain.
3. Perkecambahan
Banyak benih memiliki giberelin dalam konsentrasi tinggi, khususnya pada embrio. Setelah air diimbibisipembebasan giberelin dari embrio akan memberikan sinyal pada biji untuk mengakhiri dormansinya dan berkecambah. Beberapa biji yang memerlukan kondisi lingkungan yang khusus untuk dapat berkecambah, seperti pemaparan pada cahaya atau suhu dingin, akan mengakhiri dormansinya jika biji tersebut diberi perlakuan

dengan suatu larutan giberelin. Di alam, giberelin dalam biji kemungkinan merupakan penghubung antara petunjuk lingkungan dengan proses metabolik yang memperbaharui kembali pertumbuhan embrio.
4. Hormon  Asam Abisat (Abscisic Acid (ABA))
Hormon yang telah kita pelajari sejauh ini yaitu auksin,sitokinin dan giberelin, umumnya merangsang pertumbuhan tumbuhan.sebaliknya, terdapat masa pada kehidupan tumbuhan yang sangat menguntungkan apabila tumbuhan memperlambat pertumbuhan dan mengambil suatu keadaan dorman (istirahat). Hormon asam abisat (Abscisic acid, ABA), yang dihasilkan pada tunas terminal, akan memperlambat pertumbuhan dan mengarahkan primordial daun untuk berkembang menjadi sisik yang akan melindungi tunas yang dorman pada musim dingin. Hormon tersebut juga menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.
Dengan demikian, ABA tersebut membantu mempersiapkan tumbuhan untuk menghadapi musim dingindengan cara menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder.
Tahapan lain dalam kehidupan suatu tumbuhan yang menguntungkan apabila pertumbuhan dientikan adalah pada saat permulaan dormansi biji, dan kemungkinan asam abisatlah yang bertindak sebagai penghambat pertumbuhan. Biji akan berkecambah ketika ABA dihambat dengan cara membuatnya tidak aktif, atau dengan membuangnya atau melalui peningkatan aktivitas giberelin. Biji beberapa tumbuhan gurun mengakhiri dormansinya ketika hujan lebat melunturkan ABA dari biji. Biji tumbuhan lain memerlukan cahaya atau stimulus lain untuk memicu perombakan asam abisat. Pada sebagian besar khasus, rasiao ABA terhadap giberelin akan enentukan apakah biji itu akan tetap dorman atau berkecambah.
Selain peranannya sebagai suatu penghambat pertumbuhan, asam abisat bertindak sebagai hormon “cekaman”, yang membantu tumbuhan dengan menghadapi kondisi yang buruk. Sebagai contoh, ketika suatu tumbuhan mulai layu,


ABA akan terakumulasi di daun dan menyebabkan stomata menutup, mengurangi transpirasi dan kehilangan air lebih banyak. Fungsi ini bergantung pada ABA yang berasal dari akar. Pada beberapa khasus, kekurangan air dapat member cekaman pada sistem akar sebelum menekan sistem tunas, dan ABA yang di angkut dari akar ke daun bias berfungsi sebagai “sistem peringatan didi”

5. Hormon Ethylene
Pada awal abad kedua puluh, jeruk dimatangkan dengan “memeram” dalam lumbung yang dilengkapi dengan komporminyak tanah. Petani buah yakin bahwa panas itulah yang mematangkan buat itu, akan tetapi kompor baru yang pembakarannya lebih bersih tidak menyebabkan buah menjadi matang. Para ahli fisiologi tumbuhan kemudian mempelajari bahwa pematangan dalam lumbung sesungguhnya disebabkan oleh etilen, yaitu suatu gas hasil samping pembakaran minyak tanah. Para peneliti kemudian menunjukkan bahwa tumbuhan menghasilkan etilennya sendiri sebagai hormon, dan hormon ini memicu berbagai macam respons selain pematangan buah. Etilen berbeda dari hormon tumbuhan lainnya karena hormon etilen berwujud gas. Etilen berdifusi ke dalam tumbuhan melalui ruangan udara di antara sel-sel. Etilen yang terlarut dapat masuk dari satu sel ke sel lain melalui simplas.
Pada beberapa khasus, etilen bertindak dalam penghambatan pemanjangan sel. Banyak pengaruh penghambatan yang dulu di anggap disebabkan oleh auksin, sekarang diyakini disebabkan oleh sintesis etilenyang diinduksi oleh konsentrasi auksin yang tinggi. Sebagi contoh, kemungkinan etilenlah yang menghambat pemanjangan akar dan perkembangan tunas aksiler dalam kondisi auksin berlebih. Selain peranannya sebagai inhibitor pertumbuhan, etilen juga dikaitkan dengan berbagai proses penuaan pada tumbuhan.



Penuaan atau senesens adalah perkembangan dari perubahan yang tidak dapat berbalik arah yangakhirnya menuju pada kematian. Sebagai suatu bagian normal dari perkembangan tumbuhan, senesens bias terjadi pada individu tahap sel,seluruh organ atau seluruh tumbuhan. Unsur pembuluh xylem dan sel gabus menua dan mati sebelum mendapatkan fungsi khususnya. Daun musim gugur dan mahkota bunga yang layu adalah contoh organ senesens. Tumbuhan tahunan menua dan mati setelah berbunga. Pada proses penuaan yang telah banyak dipelajariyang dipengaruhi horinon adalah pematangan buah dan pengguguran daun.
Beberapa perubahan struktur dan metabolisme menyertai pematangan ovarium menjadi buah. Diantara perubahan ini, termasuk juga perombakan dinding sel yang melunakkan buah dan penurunan kandungan klorifil yang menyebabkan kehilangan warna kehijauan, dapat dianggap sebagai proses penuaan. Etilen memicu dan mempercepat perubahan tersebut, juga menyebabkan beberapa jenis buah yang matang jatuh dari pohon.
Kehilangan daun setiap musim gugur merupakan adaptasi pohon untuk menjaga agar dirinya tidak mengalami kekeringan selama musim dingin karena akar tidak dapat menyerap air tanah yang membeku. Sebelum daun gugur, banyak zat-zat nutrisi esensial dialirkan ke jaringan penyimpanan dalam batang. Zat-zat nutrisi ini didaur ulang kembali untuk membentuk daun pada musim semi berikutnya. Daun musim gugur akan berhenti membuat klorofil yang baru sehingga kehilangan warna hijaunya. Warna musim gugur adalah kombinasi pigmen yang barudibuat selama musim gugur dan pigmen yang sebelumnya telah ada pada daun, akan tetapi diselubungi oleh klorofil yang berwarna hijau gelap.
Absisi dikontrol oleh perubahan keseimbangan etilen dan auksin. Auksin yang dihasilkan oleh daun yang menua akan semakin sedikit. Pergeseran dalam keseimbangan hormonal ini memperkuat tumbuhan itu sendirikarena sel dalam lapisan absisi muali menghasilkan tambahan absisi, yang menghambat sintesis auksin oleh daun. Karena pengaruh etilen pada lapisan absisi masih ada, sel akan menghasilkan enzim yang mencerna selulosa dan komponen lain pada dinding sel.

6. Hormon Oligosakarin
Oligosakarin (oligossaccaharin) adalah gula berantai pendek yang dilepaskan dari dinding sel melalui kerja enzim hidrolitik pada selulosa dan pektin. Hormon ini memicu respon pertahanan tumbuhan akibat masuknya pathogen. Oligosakarin juga membantu mengatur pertumbuhan ,diferensiasi seluler dan perkembangan bunga.
7. Hormon Steroid (Brasinostreroid)
Brasinostreroid adalah nama yang diberikan karena strukturnya (brasinosteroid adalah steroid yang secara kimiawi mirip dengan kolesterol dan hormon kelamin hewan) dan asal tumbuhan dimana mereka ditemukan pertama kali (anggota family mustard brassicaceae). Hormon ini sekarang diketahui ada pada seluruh kingdom tumbuhan dan diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal.Sebagai contoh,suatu mutan Arabidopsis dengan pertumbuhan yang sangat terhambat akan tumbuh secara normal jika diterapi dengan brasinosteroid tertentu.para peneliti telah melacak mutasi sampai pada gen yang secara normal mengkode salah satu enzim yang diperlukan untuk sintetis hormon steroid ini.
8. Hormon Asam Abisat (ABA)
Semua Jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatologi Rf.0.9. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B-kompleks. Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi.
Beberapa peneliti Akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA), peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin  (Wattimena 1992).
Menurut Salisbury dan Ross (1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi didalam tanaman disebut juga hormon tanaman, Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon streaa diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami

berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu ABA. Keadaa rawan tersebut antara lain : kurang air, tanah beragam, dan suhu dingin atau panas.
ABA adalah seskuiterpenoid berkaebon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalonat. Reaksi awal sintesis ABA sama dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti gibberelin sterol dan karotenoid
Menurut Crellman (1989) biosintesis ABA  pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid.
ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama denga pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkat secara mudah melaui xilem floem dan juga sel-sel parenkim diluar berkas pembuluh.  
9. Hormon IAA (Asam Indol-3 Asetat)
Senyawa ini terdapat cukup banyak diujung koleoptil tanaman tomat kearah cahaya, dua mekanisme sintesis IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari lantai triphtofan.
Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan menjadi IAA terdapat dijaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh. Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi karena disintesis di daerah tersebut
IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan bagian tumbuhan lainnya, IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang rendah. IAA adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat dalam tanaman, IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar.

§  Fungsi Hormon Pada Tumbuhan antara lain yaitu :
-          Hormon ini berfungsi untuk memepengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensial dan percabangan akar
-          Mempengaruhi pertumbuhan dan diferensial akar, mendorong pembelahan sel, dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan, dan menunda penuaan
-          Mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembuangaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan da diferensiasi akar
-          Menghambat pertumbuhan, merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air, mempertahankan dormansi
-          Mendorong pematangan
-          Merangsang pertumbuhan akar
-          Merangsang pertumbuhan Batang
-          Merangsang pertumbuhan daun
-          Merangsang pertumbuhan bunga










KESIMPULAN

Hormon tumbuhan adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.
 Hormon tumbuhan ada yang berfungsi sebagai pemicu pertumbuhan seperti hormon etilen, hormon geberelin, hormon sitokinin dan hormon auksin.Ada juga hormon yang berfungsi sebagai penghambat tumbuhan seperti hormon asam absisat dan hormon pertahanan terhadap patogen seperti hormon oligosakarin. Dengan adanya hormon-hormon tersebut tumbuhan dapat menyesuaikan diri untuk tetap bertahan hidup menghadapi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.











SARAN

Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini dalah:
1.      Ketahuilah hormon-hormon yang terdapat pada tumbuhan dan fungsinya mampu memanfaatkan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
2  Demikianlah makalah ini kami susun. Apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
   Dengan demikian kami ucapkan terima kasih.












DAFTAR PUSTAKA



Anggorowati, Sulastri. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Penerbit Universitas Terbuka
Tim Penyusun, 2003.
Biologi 2A Kelas 2 SMU Semester 1. Klaten: Intan Pariwara

BAGIKAN KE ORANG TERDEKAT ANDA
ONE SHARE ONE CARE

Sekilas tentang penulis : Prasetyo Budi

AyangBeb Blogger Template | Premium Template, Harga murah meriah, Design modern dipadukan dengan Material design ala google dengan 7 macam warna berbeda